SEKTOR INDUSTRI DI ERA NEW NORMAL

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa  bisnis di sektor logistik itu bukan hanya sekedar pengiriman semata. Tetapi lebih dari itu, sebenarnya bisnis  di sektor logistik adalah sebuah integrasi bisnis yang di dalamnya terkandung  beberapa aktivitas  : transportasi, pergudangan, pengemasan, distribusi, penyimpanan dan analisis informasi logistik dan sebagainya. 

Menyikapi apa yang sebenarnya terjadi dalam industri logistik. Memang masalah tingginya biaya logistik masih menjadi salah satu kendala yang sering menjadi pertanyaan ketika diskusi yang mengusung tema logistik diadakan.  Sekalipun memang, ketika orang biaya tingginya biaya logistik tidak banyak  yang tahu apa sebenarnya komponen yang membuat tingginya biaya logistik yang ada di   Indonesia.

Sehingga kondisi itulah yang selalu menjadi penyebab bahwa LPI ( Logistik Performance Indez) Indonesia belum bisa bersaing sekalipun di tingkat Asean. Hal itu karena komponen yang ada dalm biaya logistik itu sendiri juga beragam dari mulai Biaya transportasi, pergudangan serta masalah  yang terkait dengan manajemen yang di dalamnya sudah barang tentu soal SDM.

Dari beberapa sumber data yang  bisa kita dapatkan, memang  terlihat perkembangan LPI  Indonesia selalu meningkat. Namun posisinya masih jauh jika di bandingkan dengan  Singapura, Malaysia dan Thailand.  Posisinya di tahun 2018 saja ( 2 tahun lalu ) Indonesia berapa di posisi 46 sementara 3 negara  Asean lainnya jauh ada di atas Indonesia yaitu ; Malaysia ( 41), Thailand (32) dan Singapura (7).

Dalam posisi Indonesia  yang berada dalam urutan 46 saja potensi bisnis logistik yang ada di Indonesia sudah tinggi. Hal itu salah satunya jelas karena di dukung dengan perubahan yang terjadi dalam industri transaksi yang ada di Indonesia. Dimana pada dari analisa data yang ada, dukungan bisnis e-commerce dalam industri logistik di Indonesia cukup besar. Prediksi di tahun 2021 nilai transaksi dari bisnis e-commerce saja sudah mencapai angka Rp3.400 triliun dan di tahun 2025 menjadi sangat besar sekitar Rp1,1 kuadriliun ( US$ 82 Miliar). Ini sebuah angka yang tidak main-main dalam sebuah industri di  Indonesia.

Ha itu memang bukan sekedar isapan jempol saja. Karena saat ini saja ketika Indonesia masih dalam masa pandemi covid 19  begitu besarnya potensi bisnis yang ada di sektor industri logistik bisa kita lihat dari  sebaran pelaku industri pengiriman yang ada di  Indonesia. Kondisi itulah yang kedepan perlu menjadi satu perhatian bersama m bahwa saat ini ketika Indonesia masuk dalam Era Logistics Industry 4.0, maka strategi yang mesti di jalankan oleh pelaku industri di sektor logistik tidak bisa hanya bersifat apa adanya. Perlu adanya dukungan teknologi yang kongkrit.

Sebenarnya menyangkut Era Logistics Industri 4.0 sama halnya ketika kita berbicara soal tren bisnis yang saat ini lebih di kenal sebagai Smart Logistics. Terdapat beberapa hal yang menjadi ciri khas dari  konsep smart logistics seperti : adanya integrasi dari beberapa faktor data, analitik canggih, keputusan otonom, dan IoT. 

Kenapa hal itu perlu menjadi perhatian, karena Oleh karena , smart logistics akan menjadi salah satu alat ukur dalam industri logistik dalam memainkan peranan yang cukup krusial ketika kita bicara soal perampingan proses antara e-commerce marketplace -- penjual -- perusahaan logistik -- dan konsumen akhir.  Dimana beberapa kunci dari pengaplikasian smart logistics itu sendiri terdiri dari penggunaan RFID (Radio Frequency Identification), GPS, komputasi awan, dan teknologi informasi dalam bidang logistik. Dengan semua hal itu harapannya sudah pasti bisnis di sektor industri logistik makin membaik.

 

Ada hal penting ketika kita bicara soal smart logistics, di mana salah satunya adalah untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan sistem kerja yang ada. Sehingga tujuan akhir yang bisa di capai adalah ; memungkinkan tercapainya apa yang menjadi harapan konsumen bahwa pengiriman barang yang cepat, tepat waktu sesuai estimasi, biaya efisien, bisa dilacak posisinya, sehingga aman dari risiko barang hilang atau rusak.